BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di perairan air tawar terdapat organisme yang berdasarkan
cara hidupnya dibedakan atas plankton, neuston, nekton dan bentos.
Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mata disebut makrofita. Keberadaan
makrovita diperairan dapat digunakan sebagai naungan dan tempat makan untuk
berbagai jenis hewan, member ruang hidup pada mikroorganisme dan menjaga
keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan
melepas oksigen. Fitoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hijau.
Fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan ikan.
Setiap subtract dasar sungai memiliki komponen biotic yang
khas. Jenis hewan yang menempati subtract batuan berbeda dengan jenis hewan
yang menempati subtract lumpur. Subtract lumpur banyak ditumbuhi makrovita
berakar dan dihuni invertebrate. Banyak jenis-jenis invertebrate ini
tidak memakan makrovita berakar, tetapi hanya sebagai tempat berlindung.
Makanan invertebrate justru tumbuhan seperti alga epifit yang hidup di antara
makrovita berakar. Oleh karena lingkungan perairan air tawar sering berubah
karena perubahan lingkungan maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai
perubahan pada dinamika biota perairan termasuk fitoplankton, makrovita
dan perifiton.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton?
b.
Bagaimanakah
jenis dan keanekaragaman fitoplankton?
c.
Bagaimana
siklus hidup fitoplankton?
d.
Apa
saja manfaat fitoplankton bagi kehidupan?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Fitoplankton
Fitoplankton merupakan sekelompok organisme yang memegang
peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena hidup fitoplankton terutama
pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan dan
mempunyai kandungan klorofil yang mampu melakukan proses fotosintesis. Proses
fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton sebagai
produsen merupakan sumber energi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang
berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan di ikuti oleh
organisme air lainnya seperti ikan melalui rantai dan jaring-jaring makanan.
Setidaknya sekitar 90% proses fotosintesis diperairan dilakukan oleh
fitoplankton, sedangkan 10% sisanya berasal dari hasil fotosintesis yang
dilakukan oleh mikrofita.
Fitoplankton selain disusun oleh sekelompok bakteri terutama
juga tersusun dari kelompok ganggang (alga) mikroskopik. Ganggang ini ada yang
uniseluler, koloni atau membentuk filamen. Didalam perairan tawar fitoplankton
ini hidup bersama dengan zooplankton dan organisme lainnya. Alga yang hidup di
air terbuka seperti didanau dan sungai yang arusnya tidak terlalu kuat meliputi
hampir seluruh sekelompok takson alga.Populasi ganggang yang berada di
perairan danau oligotropik (danau yang memiliki kandungan nutrisi yang rendah)
kurang berlimpah dibandingkan dengan danau eutropik (danau yang kaya nutrisi).
Pembusukan bahan-bahan organik di dalam danau oligotropik tidak terlalu tinggi
sehingga tidak menghabiskan persediaan oksigen. Oleh karena itu, oksigen tidak
menjadi nutrien yang membatasi pertumbuhan fitoplankton.
Ekosistem danau ini
mempunyai dua lapisan perairan yaitu lapisan perairan yang lebih hangat
dan lapisan perairan yang dingin. Lapisan perairan yang lebih hangat berada di
lapisan atas (epilimnion) sebaliknya lapisan perairan yang lebih dingin
terdapat di dalam metalimnion dan hipoliranion. Lapisan epilimnion merupakan
lapisan yang kaya akan oksigen sedangkan lapisan hipolimnion merupakan lapisan
yang miskin oksigen. Perbedaan kandungan oksigen pada kedua lapisan tersebut
berkaitan dengan jumlah cahaya yang menjadi energi utama dalam proses
fotosintesis. Kelimpahan fitoplankton di daerah epilimnion lebih tinggi
daripada di daerah hipolimnion.
2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kepadatan
Fitoplankton
Fitoplanton tumbuh padat didalam
danau eutrophik karena daerah eutrophik banyak memberikan nutrisi yang penting
bagi fitoplankton, terutama unsure P dan N. namun, meskipun populasi
fitoplanton tinggi kadar oksigen terlarut tetap rendah, karena cahaya tidak
dapat menembus perairan. Unsure P dan N adalah unsure yang bermanfaat
bagi pertumbuhan fitoplanton.
Fosfat merupakan unsur penting yang terdapat di dalam danau
air tawar. Fosfat merupakan nutrient utama bagi fitoplanton. Di dalam sebuah
danau eutrofik, dimana populasi ganggang berlimpah-limpah, ketika fosfor juga
tersedia berlimpah di dalam suatu danau, nitrogen menjadi terbatas. Pada
danau yang seperti ini, ganggang hijau biru jenis tertentu dapat mempunyai
keuntungan dalam berkompetisi dengan ganggang lain dan sering kali
kelimpahannya mendominasi. Di danau Eutrofik tingkat kematian fitoplanton
sangat tinggi akibatnya materi organic busuk dari fitoplanton menumpuk di
daerah hipolimnion, hal ini menyebabkan habisnya oksigen di daerah hipolimnion
(Hadi,2010)
Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap kepadatan
fitoplanton adalah kecepatan arus air. Dimana kepadatan fitoplanton akan
berkurang drastis pada kecepatan arus yang lebih besar dari 1 m/detik.
Jadi kelimpahan fitoplanton di ekosistem lentik lebih tinggi dibanding pada
ekosistem lotik terutama adalah perifiton. Perifiton merupakan organisme
tumbuhan yang hidupnya melekat pada subtract yang ada diperairan misalnya pada
batang, kayu, batu, cangkang invertebrata,dsb
Selain kecepatan arus
air yang berpengaruh antara lain kekeruhan air juga sangat mempengaruhi
keberadaan fitoplanton. Singh (1983) mencatat bahwa kepadatan fitoplanton di
sungai Gangga (India) pada tingkat kekeruhan 45-55 ppm mencapai 2500
individu/L dan pada saat musim penghujan tingkat kekeruhan meningkat menjadi
600-900 ppm yang menyebabkan kepadatan fitoplanton menurun sangat drastic hanya
100 individu/L.
Selain
faktor diatas menurut Goldman dan Hone (1983) pertumbuhan fitoplanton
dipengaruhi oleh faktor abiotik yaitu intensitas cahaya, suhu, pH, oksigen
terlarut, materi organic terlarut dan unsure hara yang terlarut seperti senyawa
nitrogeb dan fosfat. Cahaya mempengaruhi fitoplanton karena cahaya diperlukan
dalam fotosintesis fitoplanton. Zat hara diperlukan fitoplanton untuk pertumbuhannya.
Suhu mempenagruhi fitoplanton karena suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
reproduksi fitoplanton.
2.3 Jenis dan
Keanekaragaman Fitoplankton
Fitoplankton terdiri dari berbagai jenis ganggang, yaitu
Cyanophyta (ganggang hijau biru), Cryptophyceae (kriptofita), Dinophyceae
(dinoflagelata), Chlorophyta (ganggang hijau), Euglenophyta (kelompok euglena),
Bacillariophyceae (diatom), Chrysophyceae dan Haptophyceae (ganggang kuning
keemasan). Fitoplankton mencukupi kebutuhan energi dan karbon melalui
fotosintesis. Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit pada umumnya adalah
vitamin, seperti cyanocobalamin, thiamine, dan biotin. Fitoplankton memerlukan
sekitar 20 unsur-unsur untuk pertumbuhan, tetapi hanya karbon, nitrogen dan
fosfor yang benar-benar diperlukan sehingga ketidakhadiran unsur tersebut dapat
mengatasi laju pertumbuhan fitoplankton. Semua unsur-unsur tersebut terdapat di
dalam air pada konsentrasi lebih rendah dibanding yang diperlukan oleh sel,
oleh sebab itu fitoplankton memiliki mekanisme yang berkaitan dengan enzim
untuk memasukkan unsur tersebut ke dalam sel.
Jenis – jenis fitoplankton adala sebagai berikut :
2.3.1
Cyanophyta (ganggang hijau biru)
Cyanophyta merupakan bakteri dengan
struktur sel prokariotik sederhana. Cyanobacteria berbeda dengan bakteri
lainnya karena adanya klorofil a, pigmen fotosintetik yang dimiliki oleh alga
dan tumbuhan tinggi. Cyanobacteria juga mampu menggunakan air sebagai donor
elektron didalam fotosintesis. Jadi Cyanobacteria mampu melakukan fotosintesis
seperti pada tumbuhan tinggi. Bentuk Cyanobacteria ada yang bersifat
unicellular, filamen dan koloni. Kebanyakan dari Cyanobacteria yang planktonic
terdiri dari coccoid yaitu famili Chroococcaceae
(Microcystis, Coelosphareium dan Coccochloris). Jenis yang filamen
(Planktothrix, Limnothrix dan Tychonema ),
Nostocaceae ( Anabena, Aphanizomenon, dan Nodularia)
dan Rivulariaceae (Gletrichia).
Cyanobacteria
memiliki sel terdiferensiasi yang disebut heterocysts. Heterocysts bisa
terdapat pada alga bentuk filamen tetapi jarang pada Oscilatoria. Heterocysts
memiliki peran utama dalam proses fiksasi nitrogen. Heterocysts merupakan
penyerap cahaya yang utama pada Cyanobacteria. Heterocysts tidak memiliki
fotosistem tetapi memiliki kemampuan reduksi yang tinggi. Lapisan lilin di
dalam Heterocysts mampu membatasi laju difusi oksigen dari luar, tetapi
nitrogen dapat melaluinya untuk mendukung terjadi proses fiksasi. Lingkungan
dalam Heterocysts memungkinkan untuk terjadinya proses fiksasi nitrogen. Tetapi
enzim nitrogenase tidak aktif dengan adanya oksigen. Karbon organik dari sel
disebelahnya ditransfer ke dalam Heterocysts dan digunakan sebagai suatu sumber
energi di dalam proses fiksasi nitrogen.
2.3.2
Chlorophyta (ganggang hijau)
Chlorophyta merupakan kelompok alga yang berukuran besar dan
memiliki bentuk bervariasi. Kelompok alga hijau adalah Volvocales dan
Chlorococcales. Reproduksi secara aseksual dilakukan melalui pembelahan sel
tetapi tidak untuk kelompok Chlorococcales dan Siphonales. Pembagian sel
didalam koloni mengakibatkan pelebaran koloni. Koloni tersebut dapat
terpecah-pecah dan terbentuklah koloni baru dibentuk dari fragmentasi koloni
induk. Reproduksi seksual didalam alga hijau beragam. Cara yang sederhana
adalah melalui peleburan dua sel gamet melalui apa yang disebut isogami dan
anisogami. Gamet jantan dan betina berflagel, memiliki struktur dan ukuran
serupa atau ada yang gamet betinanya sedikit lebih besar dari jantan. Isogami
merupakan peleburan gamet jantan dan betina yang ukurannya sama, anisogami
merupakan peleburan gamet jantan dan betina yang ukurannya berbeda.
2.3.3
Alga Kuning-Hijau (Xanthophyceae)
Anggota Xanthophyceae berbentuk unicellular, koloni dan
filamen. Xanthophyceae bercirikan adanya klorofil (pigmen hijau) dan xantofil
(pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Semua sel yang
motil mempunyai dua flagela, salah satu dari lembut dan lebih panjang dibanding
yang lainnya. Xanthophyceae ada yang selnya tidak memiliki dinding, tetapi yang
selnya berdinding mengandung pektin dalam jumlah yang besar. reproduksi
aseksual pada umumnya melalui pembelahan dan pembentukan zoospora.
Kebanyakan alaga Xanthophyceae melekat pada substrat dan epifit pada makrofita.
Sebagian besar anggotanya bersifat planktonik dan meliputi genus-genus
umum seperti Chlorobotrys, Gleobotrys dan Gleochloris.
2.3.4
Alga Coklat-keemasan
Kromofora Chrysophyceae menghasilkan susunan warna coklat
keemasan karena adanya β-karotene dan xanthophyl khusus yaitu karotenoids dan
juga mengandung khlorofil a. Kebanyakan dari alga Chrysophycean adalah unicellular
contohnya Ochromonas, dan beberapa ada yang berupa koloni contohnya Synura, dan
jarang yang berbentuk filamen. Banyak jenis yang tidak mempunyai dinding sel
dan dilemgkapi oleh membran sitoplasmik, sedangkan beberapa permukaan sel
ditutup oleh plat mengandung zat kapur atau mengandung silika. Reproduksi
secara vegetatif dengan pembelahan sel secara membujur. Jenis yang unicellular
dengan flagel tunggal meliputi Chromulina, Chrysococcus dan Mallomonas.
Chrysophyceae yang berbentuk koloni yang besar misalnya Synura,
Chrysophaerella, Uroglena, dan Dinobryon. Beberapa jenis alga
Chrysophyceae dapat melakukan fotosintesis dengan phagotrophy. Alga yang
phagotrophy mendapat nutrisi dan energi dengan mencerna bakteri.
2.3.5
Diatoms
(Bacillariophyceae)
Diatom
banyak ditemukan di dalam air. Karakteristik bacillariophyceae adalah memiliki
dinding sel dan bentuknya dapat berupa koloni dan unicellular. Kelompok ini
dibagi menjadi dua yaitu diatom simetri (central) yang mempunyai simetri radial
dan diatom pinatus atau bertagkai (pennales) yang memiliki simetri bilateral.
Dinding sel atau frustul diatom terdiri atas dua katup yang cocok satu dengan
lainnya. Empat kelompok utama pada diatom bertangkai meliputi, a) Araphidineae
(Pseudoraphe, Asterionella, Diatoma, Fragileria);b)Raphidioidineae
( Actinelia, Eunotia); c) Monoraphidineae ( Achnanthes, Cocconeis); dan
d) Biraphidineae ( Amphora, Cymbella, Gomphonema, Navicula). Dinding sel
tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca).
Reproduksi secara vegetatif dengan sel adalah dengan cara membelah diri.
Reproduksi seksual terjadi hanya ketika sel merespon kondisi-kondisi lingkungan,
misalnya cahaya, temperatur, nutrien, faktor pertumbuhan dan lain-lain.
2.3.6
Cryptophyceae
(kriptofita)
Kebanyakan dari alga crytophyceae
adalah unicellular dan motil. Anggota plankton Cryptomonadineae misalnya
Cryptomonas, Rhodomonas dan Chroomonas.
Crytophyceae melakukan reproduksi melalui pembelahan sel secara membujur.
Ganggang crytophyceae hampir ada pada semua danau, dengan mengabaikan status
yang trophiknya. Kerakteristik crytophyceae meliputi, dan mampu bereproduksi
pada cahaya yang berintesitas rendah.
2.3.7
Dinophyceae
(dinoflagellata)
Dinoflagellata merupakan alga satu
sel berflagel sehingga banyak yang motile. Mayoritas tidak mempunyai diding sel
(Gymnodinium). Permukaan sel mempunyai garis melintang dan kerut membujur yang
saling berhubungan dan berisi flagel. Dinoflagellata bereproduksi secara
seksual, tetapi yang dominan adalah reproduksi aseksual melalui pembentukan
aplanospora.
2.3.8
Euglenophyta
(kelompok euglena)
Ganggang euglenoid (Euglenophyceae)
ukurannya relatif lebih besar dan merupakan fitoplankton yang sesungguhnya.
Hampir semua euglenoids adalah unicellular, tidak mempunyai suatu dinding sel
dan mempunyai flagella yang berasal dari invaginasi membran sel. Reproduksi
terjadi dengan pembelahan sel secara longitudinal. Euglenoid mendapatkan
nutrisi melalui fotosintesis, tetapi sebagian ada yang bersifat fagotrofik.
Amoniak dan campuran nitrogen organik adalah sumber nitrogen yang penting bagi
kebanyakan ganggang euglenoid.
2.3.9
Alga
Coklat dan Merah
Alga coklat (Phaoephyta) kebanyakan berbentuk
filamen atau ganggang bertalus. Sebagian besar hidup di air laut, yang
hidup di air tawar hidupnya melekat pada substrat. Ganggang merah (Rhodophyta)
juga sangat jarang yang tersebar pada perairan tawar. Jenis yang bertalus
(Batrachospermum) hidup terbatas pada air yang berarus dan teroksigenasi dengan
baik.
2.4 Perkembangbiakan
Fitoplankton secara Aseksual
Fitoplankton
berkembang biak atau bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
aseksual terjadi dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi
individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin.. Tiap-tiap jenis
fitoplankton mempunyai cara reproduksi aseksual yang berbeda-beda.
Perkembangbiakan fitoplankton secara aseksual dapat melalui pembelahan sel,
fragmentasi, maupun pembentukan spora.
2.4.1 Pembelahan sel
Pembelahan sel terjadi
dengan cara sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk
sel–sel tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak
saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata
rantai sel yang disebut trikom. Tempat
– tempat tertentu dari filamen baru setelah mengalami dormansi (istirahat yang
panjang). Saat pembelahan sel terdapat heterokist yang terbentuk oleh penebalan
dinding sel vegetatif. Heterokist adalah sel yang pucat,
kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan
memiliki dinding yang transparan. Heterokist dapat mengikat nitrogen bebas di
udara contoh pada Gleocapsa. Selain itu terdapat akinet yang
terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh dengan
cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penebalan eksternal
oleh tambahan zat yang kompleks. Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah
atau tetap bergabung membentuk koloni.
Contoh
fitoplankton yang bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel dari
golongan alga antara lain Gleocapsa dan Chlorella sp.. Pada
algae, khususnya Tetraselmis sp. dari divisi Chlorophyta,
reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel menjadi dua,
empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing melengkapi diri
dengan flagella. Dalam hal ini protoplasma sel vegetatif
mengadakan pembelahan berulang-ulang sehingga dari satu sel induk dapat
terbentuk 2– 16 sel anak.
Gambar Pembelahan sel pada Gleocapsa.
Pembelahan sel pada diatom
sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerahan perairan, kadar garam dan kondisi
makanan yang tersedia diperakan tersebut. Diatom sangat cepat mempergunakan
makanan di sekitarnya sehingga mempunyai kemampuan ganda dalam pembelahan
selnya.
Reproduksi aseksual terjadi
dengan pembelahan sitoplasma dalam frustul dimana epiteka induk akan
menghasilkan hipoteka yang baru, sedangkan hipoteka yang lama akan menjadi
epiteka yang menghasilkan hipoteka yang baru pula pada anaknya, dan seterusnya.
Dengan demikian suksesi reproduksi aseksual ini akan menghasilkan ukuran sel
yang semakin kecil (Nontji, 2008). Hal ini akan menyebabkan kedua sel baru akan
sedikit berbeda ukurannya, sel yang terbentuk dari sel dalam akan lebih kecil
dari sel yang terbentuk dari sel luar. Dengan demikian ukuran individu-individu
dari spesies yang sama tetapi dari generasi yang berlainan akan berbeda.
Pembelahan sel secara
aseksual ini akan menghasilkan pertumbuhan populasi yang sangat cepat pada
kondisi yang optimal. Namun, dengan pembelahan yang berulang-ulang, akan
terjadi pengecilan ukuran sel. Reproduksi aseksual seperti ini menghasilkan
sejumlah ukuran yang bervariasi dari suatu populasi diatom pada suatu
spesies. Ukuran terkecil dapat
mencapai 30 kali lebih kecil dari ukuran terbesarnya. Suatu ketika ukurannya
mencapai minimum yang selanjutnya akan dikompensasi dengan tumbuhnya auksospora
(auxospore) berukuran besar yang akan membelah dan menghasilkan sel baru
yang kembali berukuran besar.
Selain
algae dan diatom, dinoflagellata juga mengalami perkembangbiakan secara
aseksual melalui pembelahan sel sederhana, di mana dalam proses reproduksi
sangat tergantung dari kondisi lingkungan. Dalam proses reproduksi ini sel
membelah membentuk dua sel dengan ukuran yang sama. Theca bisa ikut membelah,
masing-masing sel membentuk theca sebelahnya, atau, theca lepas sebelum
pembelahan sel, dan setiap sel baru membentuk dinding sel yang betul-betul
baru. Pembelahan aseksual dapat menyebabkan perkembangan populasi yang sangat
cepat kalau kondisi lingkungan menguntungkan alge ini. Dinoflagellata
seringkali melimpah setelah blooming diatom, karena mereka lebih teradaptasi
hidup di perairan yang miskin nutrien.
Di
dalam sel terdapat kromosom yang mengandung gen. Ketika sel melakukan
pembelahan, kromosom di dalam inti akan menduplikat yang akan diwariskan kepada
sel anak. Sehingga sel anak akan menerima (mewarisi) kromosom-kromosom dan
gen-gen dengan tipe dan ukuran yang sama dari induknya. Dengan demikian setiap
individu mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan induknya dan masing-masing
kromosom tersebut merupakan sumbangan dari kedua induknya.
2.4.2 Fragmentasi (koloni dan filamen)
Fragmentasi
adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu
baru. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan
membentuk koloni baru. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati
maka sel mati itu membagi filamen menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing
bagian disebut hormogonium. Bila hormogonium terlepas dari filament induk maka
akan menjadi individu baru. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan
dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi
potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin
meliputi kerusakan transeluler.
Contoh
jenis fitoplankton yang bereproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi
dari golongan alga yaitu Volvox yang merupakan alga dari divisi Chlorophyta
berbentuk koloni yang dapat bergerak, dan Spyrogyra yang merupakan Chlorophyta
berbentuk benang.
Gambar Fragmentasi pada Spyrogyra
2.4.3 Pembentukan zoospora (sel berflagel dua)
Reproduksi
aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang dapat bergerak
atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir yang memiliki dua
sampai empat bulu cambuk, vakuola kontraktil, dan satu bintik mata berwarna
merah (stigma). Spora yang sebenarnya merupakan sel vegetatif akan terbentuk
pada keadaan yang kurang menguntungkan bagi fitoplankton. Spora membesar dan
tebal karena penimbunan zat makanan.
Pembentukan
spora merupakan perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu
berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada
umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut
perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora
dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel
khusus disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu
berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella
dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga mensekresikan lendir
yang berperan untuk mempertahankan diri.
Perkembangbiakan
secara aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yang berbentuk buah per
dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut-rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai
2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah dengan kloroplas
di bagian bawah berbentuk piala / pot.
Gambar Pembentukan spora pada Algae
Jenis alga yang melakukan
reproduksi atau berkembang biak secara aseksual dengan cara pementukan spora
antara lain Chlorococcum sp. (alga dari divisi Chlorophyta bersel tunggal tidak
bergerak), Chlamidomonas sp. (alga dari divisi Chlorophyta bersel
tunggal dapat bergerak), dan Chlamidomonas sp. (alga dari
divisi Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak).
Terdapat
pula jenis-jenis fitoplankton yang bereproduksi tidak hanya dengan fragmentasi
maupun pembelahan sel saja namun dapat juga bereproduksi dengan pembentukan
spora. Dari golongan alga, yaitu Hydrodictyon yaitu alga dari
divisi Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak yang bereproduksi secara
aseksual dengan fragmentasi dan zoospora.
Selain
dengan zoospora, perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan
:
1. Aplanospora, yaitu
spora aseksual yang tidak motil
2. Hipnospora, yaitu
spora autospora yang mempunyai dinding tebal
3. Autospora, yaitu
spora yang menyerupai sel induk
2.5 Perkembangbiakan
Fitoplankton secara seksual
Meskipun bukan yang
biasa seperti reproduksi aseksual, ada jenis fitoplankton yang bereproduksi
secara seksual. Gamet (jantan atau betina sel-sel reproduksi seksual) yang
dilepaskan ke dalam air oleh sel dewasa. Gamet jantan melebur dengan gamet
betina, kemudian menggabungkan untuk menciptakan sel yang lengkap yang
sepenuhnya matang dan dapat segera mulai fotosintesis.
2.6 Manfaat dan Peranan Fitoplankton di
Perairan
Fitoplankton memiliki zat hijau daun
(klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik
dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut,
fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun
yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu
perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas
perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas dinoflgellata
tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan
blooming dapat mematikan ikan.
Dewasa ini fitoplankton telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia
antara lain:
1.
Bidang perikanan
Sebagai makanan larva ikan,
dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya Skeletonema.
Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk
keperluan makanan larva ikan.
2.
Industri farmasi dan makanan suplemen
Fitoplankton yang mempunyai
kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi penderita
gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk yang
beredar dari jenis Chlorella.
3.
Pengolahan limbah logam berat
Dalam pengolahan limbah logam berat
fitoplankton dapat digunakan untuk mengikat logam dari badan air dan
mengendapkannya pada dasar kolam. Sehingga logam dalam air menjadi berkurang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ü Fitoplankton
merupakan sekelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam
ekosistem air, fitoplankton selain disusun oleh sekelompok bakteri terutama
juga tersusun dari kelompok ganggang (alga) mikroskopik.
ü Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan fitoplankton yaitu adanya unsur P, N
dan juga kecepatan arus air
ü Fitoplankton
terdiri dari berbagai jenis ganggang, yaitu Cyanophyta (ganggang hijau biru),
Cryptophyceae (kriptofita), Dinophyceae (dinoflagelata), Chlorophyta (ganggang
hijau), Euglenophyta (kelompok euglena), Bacillariophyceae (diatom),
Chrysophyceae dan Haptophyceae (ganggang kuning keemasan)
ü Perkembangbiakan
fitoplankton secara aseksual dapat melalui pembelahan sel, fragmentasi, maupun
pembentukan spora.
ü Fitoplankton berperan dalam fotosintesis untuk
menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai
pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi
zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. 2008. Karakteristik
Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/karakteristik_
biologi_dan_peranan_plankton.pdf. 18 Juli 2010.
Mansda, Asnani. 2009.
Pembelahan Sel. http://asnani-biology.blogspot.com/
2009/05/pembelahan-sel.html. 26 Juli 2010.